Flores Timur, MPN – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi pada Minggu, 3 November 2024, tengah malam. Hujan material batu api mencapai radius 6 kilometer, menyebabkan 10 orang meninggal dunia. Hingga Senin pukul 08:00 WITA, petugas gabungan masih mengevakuasi korban di bawah runtuhan rumah.
Status keaktifan Gunung Lewotobi Laki-Laki saat ini berada pada level 4 atau Awas. Erupsi besar tersebut terjadi ketika warga sedang tertidur lelap. Lontaran batu api, kerikil, dan abu terus menghujani daerah tersebut selama lebih dari dua jam, mengenai lebih dari tujuh desa.
Ahli vulkanologi, Surono, menyebut karakteristik Gunung Lewotobi Laki-Laki sebagai hal yang wajar mengingat gunung api di Indonesia sering meletus. “Gunung api muda perlu membentuk tinggi dan besar dari material letusannya yang menumpuk di atas atau di samping,” jelas Surono. Ia menambahkan bahwa semburan material pijar dari gunung ini biasa terjadi, namun tidak menutup kemungkinan adanya material pijar besar yang terlontar, sehingga radius bahaya perlu dibatasi.
Erupsi kali ini merupakan lanjutan dari erupsi tahun lalu yang pertama kali terjadi pada Sabtu, 23 Desember 2023, sekitar pukul 07:14 WITA. Tinggi kolom abu teramati berkisar antara 1000 hingga 1500 meter di atas puncak. Wilayah terdampak meliputi Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura.
Gunung Lewotobi Laki-Laki memiliki kembaran bernama Gunung Lewotobi Perempuan yang memiliki ketinggian 1708 meter di atas permukaan laut. Puncak kedua gunung tersebut terpisah jarak sekitar 2 kilometer dengan ketinggian 1232 meter di atas permukaan laut. Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pertama kali tercatat dalam sejarah pada tahun 1861, sedangkan erupsi Gunung Lewotobi Perempuan pertama kali terjadi pada tahun 1921. Gunung Lewotobi Laki-Laki lebih sering erupsi dibandingkan dengan Gunung Lewotobi Perempuan.
Pernyataan BNPB
Kepala Pusat Data Informasi dan Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa sejak dini hari tadi, gunung tidak hanya mengeluarkan abu vulkanik tetapi juga lontaran material vulkanik seperti batu pijar yang memiliki efek sangat merusak. “Beberapa mobil masyarakat kacanya pecah dan ada kebakaran akibat lontaran material vulkanik yang mengenai objek-objek mudah terbakar,” jelas Abdul.
Langkah Evakuasi
Untuk sementara, masyarakat tidak diperbolehkan beraktivitas dalam radius 7 kilometer dari puncak gunung. Abdul mengimbau agar masyarakat memperhatikan arahan dari petugas di lapangan. Saat ini, tercatat 2734 kepala keluarga dengan total 10295 jiwa terdampak erupsi dan sedang dipindahkan sementara ke lokasi yang lebih aman.
BPBD, Basarnas, dan TNI-Polri telah menyiapkan tempat evakuasi di dua desa, yaitu Desa Dhulipala Bali dan Desa Leu Laga, dengan memanfaatkan bangunan sekolah. Penyiapan ini dilakukan sejak dini hari tadi dan terus berjalan hingga pagi ini. Pemerintah daerah Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT, dan BNPB telah menurunkan tim untuk melakukan kaji cepat situasi dan pendataan kebutuhan darurat masyarakat, khususnya logistik makanan dan non-makanan di tempat pengungsian. Diharapkan dalam satu hingga dua hari ke depan, penanganan masyarakat terdampak di tempat pengungsian dapat berjalan dengan baik.
( Faldin )