Jakarta, MPN – Dalam sebuah eskalasi ketegangan yang signifikan di Laut Merah, kelompok Houthi di Yaman telah melancarkan serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat, Eisenhower. Serangan ini dilakukan menggunakan rudal balistik dan rudal jelajah sebagai tanggapan atas serangan udara yang dilakukan oleh koalisi militer AS dan Inggris di Yaman.
Menurut laporan terbaru, serangan tersebut merupakan balasan atas operasi militer yang dilakukan oleh AS dan Inggris, yang menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai 30 lainnya di wilayah Yaman. Serangan koalisi tersebut diklaim menargetkan infrastruktur sipil, termasuk stasiun radio dan fasilitas komunikasi.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan resmi, mengumumkan bahwa kelompoknya telah melakukan operasi militer gabungan yang berhasil menargetkan kapal induk Eisenhower¹. Serangan ini dianggap sebagai langkah strategis dalam menanggapi agresi yang dilakukan oleh AS dan Inggris.
Saree menambahkan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari upaya Houthi untuk meningkatkan serangan terhadap jalur maritim di Laut Merah. Ini merupakan peringatan bahwa mereka tidak akan tinggal diam terhadap tindakan militer yang menargetkan wilayah mereka.
Sementara itu, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Angkatan Laut AS mengenai serangan ini atau kerusakan yang mungkin terjadi pada kapal induk Eisenhower. Hal ini menimbulkan spekulasi dan kekhawatiran mengenai potensi eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.
Serangan ini menandai salah satu insiden terbaru dalam serangkaian konfrontasi antara Houthi dan koalisi yang dipimpin oleh AS di wilayah tersebut. Tindakan ini juga menunjukkan peningkatan kemampuan militer Houthi dalam menargetkan kapal-kapal besar di laut.
Pada hari yang sama, kelompok Houthi juga mengklaim telah menyerang beberapa kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Meskipun klaim ini belum diverifikasi secara independen, hal ini menunjukkan niat Houthi untuk memperluas jangkauan serangan mereka.
Analis militer menilai bahwa serangan terhadap kapal induk AS merupakan pesan yang jelas dari Houthi bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyerang target-target penting dan tidak akan mundur dari konflik yang sedang berlangsung.
Di sisi lain, serangan udara yang dilakukan oleh AS dan Inggris di Yaman telah menimbulkan kecaman dari berbagai pihak. Organisasi hak asasi manusia internasional mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional, mengingat adanya korban sipil.
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan sekutu-sekutunya telah lama berjuang melawan Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, termasuk ibu kota Sanaa.
Konflik di Yaman telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan berbagai pihak internasional terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh konflik ini telah menjadi salah satu yang terburuk di dunia.
Serangan terhadap kapal induk AS ini juga menimbulkan pertanyaan tentang keamanan jalur pelayaran internasional di Laut Merah, yang merupakan jalur penting bagi perdagangan global.
PBB dan berbagai organisasi internasional telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan dialog antara berbagai pihak yang terlibat dalam konflik Yaman. Namun, hingga saat ini, upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil yang signifikan.
Ke depan, dunia menantikan respons dari AS dan sekutunya terhadap serangan ini. Apakah akan ada eskalasi lebih lanjut atau upaya diplomasi yang diperkuat, masih harus dilihat dalam waktu dekat. (A/l)