MetroPapua News, Tanah Datar
Bencana alam sekali lagi mengguncang fondasi Indonesia, kali ini melalui banjir bandang yang memporak-porandakan Tanah Datar, Sumatra Barat. Pada malam yang kelam, Sabtu, 11 Mei 2024, hujan lebat yang tak kenal ampun memicu banjir lahar dingin dan banjir bandang, meninggalkan jejak kerusakan dan kesedihan yang mendalam di hati warga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat melaporkan tragedi ini telah merenggut nyawa sedikitnya 19 orang, dengan 9 lainnya masih belum ditemukan. Lebih dari 120 rumah, beberapa tempat usaha, dan sebuah institusi pendidikan di tiga kecamatan terendam dalam lumpur dan puing. Tiga rumah dilaporkan terseret arus, sementara delapan jembatan vital di Kabupaten Tanah Datar kini hanya tinggal kenangan.
Dalam menghadapi bencana ini, BPBD Sumbar telah mengambil langkah-langkah penanganan darurat. Mereka bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi dampak banjir. Tim SAR Kota Padang telah dikerahkan untuk memberikan bantuan kepada warga yang terdampak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar. Bupati Tanah Datar, Eka Putra, menyerukan ketenangan dan telah menginstruksikan elemen penanggulangan bencana untuk bergerak cepat dan berkoordinasi dengan TNI-Polri.
Baca Juga: Update Terkini Banjir Bandang di Sumatera Barat dan Dampak yang Terus Berlanjut
Banjir bandang telah merusak badan jalan sepanjang 200 meter di Silaiang, memutuskan jalan nasional yang menghubungkan Padang-Pekanbaru via Padang Panjang. Kerusakan ini menimbulkan tantangan logistik yang signifikan dan membutuhkan solusi segera.
Situasi diperparah oleh abu vulkanik dari Gunung Marapi yang belum lama ini erupsi, menciptakan campuran berbahaya yang melanda X Koto, kecamatan yang paling parah terdampak.
Solidaritas KomunitasĀ Dalam menghadapi tragedi, komunitas lokal telah menunjukkan solidaritas yang luar biasa. Sekitar 60 orang telah dievakuasi ke SMPN 1 Koto Tuo, sementara upaya pemulihan dan distribusi bantuan terus berlangsung untuk mendukung para korban dan keluarga mereka.
Tragedi ini merupakan pengingat yang menyakitkan akan kekuatan alam yang tak terduga dan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Saat proses pemulihan berlangsung, kita semua berdiri bersama dalam solidaritas, pikiran, dan doa untuk mereka yang terkena dampak bencana ini.


