SORONG, MPN – Pembangunan talut sungai di Kali Mariat, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, kembali menuai sorotan tajam. Proyek yang mulai dikerjakan pada Juni 2025 dan baru rampung sekitar tiga bulan lalu, kini sudah retak, patah, dan ambruk di sejumlah titik.
Kondisi di lapangan memperlihatkan fakta mencengangkan, beton talut terlihat retak memanjang, sebagian blok bergeser, bahkan ada yang runtuh hingga menyisakan lubang menganga di sisi sungai. Diduga, pembangunan dilakukan tanpa tulangan besi atau cor bertulang sebagaimana standar konstruksi penahan tanah.
Proyek ini diketahui berasal dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Barat, melalui Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan (OP) III SDA Papua Barat, dengan pembiayaan bersumber dari APBN Tahun 2025. Namun, hasilnya jauh dari kata layak.
“Baru sebentar selesai, sekarang sudah hancur lagi. Talut di sini sudah beberapa kali dibangun, tapi selalu rusak. Sepertinya tidak pernah dikerjakan dengan benar,” ujar seorang warga yang ditemui di lokasi dengan nada kesal.
Warga menyebut, sejak awal proyek ini dikerjakan tanpa papan informasi proyek, sehingga publik tak tahu siapa kontraktornya, berapa nilai anggarannya, maupun masa pelaksanaan pekerjaan. “Seolah proyek ini dikerjakan sembunyi-sembunyi. Padahal pakai uang rakyat,” tambah warga lainnya.
Kerusakan yang terjadi menimbulkan kekhawatiran serius menjelang musim penghujan. Alih-alih melindungi bantaran sungai, talut yang baru dibangun justru berpotensi menimbulkan bencana baru bila arus air meningkat dan memperparah longsoran tanah di sekitarnya.
Masyarakat menuntut audit menyeluruh dan investigasi independen terhadap proyek tersebut. Mereka berharap, aparat penegak hukum ikut turun tangan jika ditemukan adanya indikasi kelalaian atau penyimpangan anggaran.
Jika bangunan yang dibiayai uang rakyat saja tak mampu bertahan tiga bulan, lalu di mana tanggung jawab dan pengawasan para pihak yang seharusnya menjamin mutu pekerjaan. (Mel)