Scroll Untuk Lanjut Membaca

SORONG, MPN – Pesawat Mambruk Air dari Makassar, Sulawesi Selatan, mengalami kecelakaan saat akan mendarat di Bandara Domine Eduard Osok (DEO), Sorong, Papua Barat Daya, pada Kamis (17/10/2024) pukul 16.30 WIT. Pesawat tergelincir dan terbakar, menyebabkan lima orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Insiden ini merupakan bagian dari simulasi penanggulangan keadaan darurat yang digelar Bandara DEO Sorong.

Dalam simulasi tersebut, pesawat Mambruk Air dengan nomor penerbangan PK-121 mengalami kerusakan mesin nomor dua yang tiba-tiba mati saat mendekati landasan. Pilot berusaha melakukan pendaratan darurat untuk meminimalkan risiko, namun pesawat jenis Boeing 737-9 BA itu tergelincir ke arah kanan dan terbakar.

Empat unit pemadam kebakaran segera dikerahkan ke lokasi untuk memadamkan api. Tenaga medis yang berada di lokasi langsung melakukan evakuasi korban ke rumah sakit terdekat. Berdasarkan informasi dari Kepala Bandara DEO Sorong, Cece Tarya, pesawat ini membawa 195 penumpang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. Lima orang meninggal akibat luka bakar serius, sementara lima lainnya mengalami luka berat dan segera dilarikan ke RSUD Sele Be Solu. Selain itu, 70 penumpang mengalami luka sedang dan 15 orang luka ringan.

ā€œLima korban luka berat sudah dibawa ke RSUD Sele Be Solu, sementara yang lainnya sudah mendapatkan perawatan medis. Kami turut berduka cita atas korban jiwa yang terjadi dalam simulasi ini,ā€ ujar Cece Tarya.

Selain kecelakaan pesawat, simulasi ini juga melibatkan skenario penyanderaan calon kepala daerah (Cakada) oleh dua pelaku bersenjata api dan bom. Aparat gabungan TNI, Polri, BIN, dan KNKT berhasil melumpuhkan pelaku dan menjinakkan bom dengan bantuan Tim Jihandak Brimob.

Simulasi ini digelar sebagai bagian dari pelaksanaan Airport Emergency Program (AEP) dan Airport Security Program (ASP) yang wajib dimiliki setiap bandara. Program ini dirancang untuk menguji kesiapan personel dan fasilitas bandara dalam menghadapi situasi darurat, baik ancaman keamanan maupun kecelakaan penerbangan.

“Simulasi ini dilakukan setiap tiga tahun sekali untuk memastikan kesiapan personel dan fasilitas dalam menghadapi insiden yang mungkin terjadi di bandara. Kerjasama lintas sektor sangat penting dalam penanggulangan keadaan darurat, sehingga kami dapat menjaga keamanan dan keselamatan penerbangan dengan baik,” jelas Cece.

Bandara DEO Sorong berkomitmen untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi berbagai situasi darurat, dan simulasi ini merupakan langkah strategis untuk menjaga keamanan penerbangan di kawasan Papua Barat Daya. ( Kar/Mel )