Manokwari, MPN — Sejumlah pemilik lapak jualan di area Pasar Sanggeng, Kabupaten Manokwari, masih memilih bertahan di lokasi mereka karena belum menerima pembayaran ganti untung dari pemerintah daerah. Padahal, proses peningkatan Pasar Sanggeng dari pasar tradisional menjadi pasar modern sudah mulai berjalan.
Koordinator pemilik lapak, H. Samsuddin, menjelaskan bahwa bangunan milik para pedagang yang berada di belakang Pos Wariori telah berdiri sejak beberapa tahun lalu. Menurutnya, pembangunan dilakukan secara sah setelah dilakukan pelepasan adat kepada dua pemilik hak ulayat.
Pelepasan adat pertama dilakukan kepada Jaconius TDB. Sorbu pada tahun 2006, disusul dengan pelepasan kedua kepada J.P. Rumfabe pada tahun 2011. Samsuddin menyebut bahwa kedua pelepasan tersebut disertai berita acara resmi. Namun hingga kini, para pemilik bangunan belum menerima sertifikat resmi atas lahan yang mereka tempati.
“Waktu itu Bupati Manokwari masih Pak Dominggus Mandacan, dan Ketua LMA saat itu Pak Barbabas, mereka justru mendukung kami untuk membangun. Tidak pernah ada pelarangan,” ujar Samsuddin.
Salah satu pemilik bangunan, H. Bahtiar, menuturkan bahwa pemerintah daerah memang telah melakukan sosialisasi mengenai rencana modernisasi Pasar Sanggeng. Bahkan sebagian pedagang sudah menandatangani berita acara ganti untung dan menerima pembayaran sesuai penilaian dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).
Namun, menurut Bahtiar, sekitar 20 unit bangunan yang berada di belakang Pos Wariori—termasuk lapak kelontong, cakar bongkar, hingga jasa penjahit—belum mendapat kepastian kapan pembayaran ganti untung akan direalisasikan. Hal ini membuat para pedagang masih bertahan dan enggan meninggalkan lokasi.
“Sebagian memang sudah dibongkar karena pemiliknya sudah terima uang. Tapi kami yang belum dibayar, mau pindah kemana? Kami butuh kepastian dari pemerintah,” ujarnya.
Bahtiar juga mengingatkan bahwa dalam pertemuan sebelumnya, Bupati Manokwari sempat menyampaikan bahwa pemerintah akan memberikan ganti untung, bukan hanya ganti rugi. Pernyataan itu membuat para pedagang optimis, namun hingga kini janji tersebut belum kunjung dipenuhi.
Sementara itu, Ketua Pasar Sanggeng, Hamka Ismail, mengaku berada dalam posisi yang sulit. Ia beberapa kali ditelepon agar mendorong pemilik lapak segera mengosongkan tempat, namun di sisi lain para pedagang belum menerima hak mereka.
“Banyak dari mereka tinggal di situ, kalau pindah mereka mau tinggal di mana? Saya juga bingung. Harapannya semoga segera ada solusi terbaik agar masalah ini cepat selesai,” tutup Hamka. (Mel)