Scroll Untuk Lanjut Membaca

Mahkota kepala yang berbentuk hiasan ini adalah bagian dari pakaian adat suku Asmat yang diletakkan di atas kepala, tempat tertinggi dari tubuh manusia. Hal ini memberikan sebuah makna bahwa masyarakat Asmat meletakkan penghormatan tertinggi kepada alam yang telah memberikan mereka kehidupan. Konstruksi mahkota yang didapat dari benda-benda alami adalah sebuah simbol akan kekuatan alam yang menaungi kehidupan suku Asmat. Selain itu, bagi masyarakat Asmat khususnya kaum pria, mahkota ini merupakan sebuah penghormatan kepada roh nenek moyang dan leluhur mereka. Mereka yakin bahwa setiap apa yang menempel ditubuh mereka akan berpengaruh besar dalam kehidupan yang mereka jalani. Hiasan ini merupakan satu nilai yang terus membuat suku ini bertahan hingga saat ini. Mahkota ini memiliki arti penting bagi keberadaan dan jati diri suku Asmat.

P5PPRA ini diharapkan memberikan dampak positif yang dapat dirasakan oleh madrasah, guru, dan peserta didik. Dampak bagi madrasah diantaranya (1) menjadikan madrasah sebagai sebuah ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat. (2) Menjadikan madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya. Sedangkan tujuan untuk guru diantaranya (1) memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan Profil Pelajar Pancasila. (2) Merencanakan proses pembelajaran projek dengan tujuan akhir yang jelas. (3) Mengembangkan kompetensi sebagai guru yang terbuka untuk berkolaborasi dengan guru dari mata pelajaran lain untuk memperkaya hasil pembelajaran. Sedangkan tujuan untuk peserta didik yaitu (1) Memperkenalkan budaya asli Papua kepada peserta didik MTs Nurul Huda Yapis Kabupaten Keerom Provinsi Papua. (2) Melestarikan budaya suku asli Papua melalui pembuatan noken dan mahkota kepala. (3) Mengembangkan dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, dan Kreatif.

Tema Kearifan lokal ini membangun rasa ingin tahu melalui eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat Papua, serta perkembangannya. Peserta didik mempelajari bagaimana dan mengapa masyarakat Papua berkembang seperti yang ada, bagaimana perkembangan tersebut dipengaruhi oleh situasi/konteks yang lebih besar (nasional dan internasional), serta memahami apa yang berubah dari waktu ke waktu apa yang tetap sama. Peserta didik juga mempelajari konsep dan nilai-nilai dibalik kesenian dan tradisi lokal, serta merefleksikan nilai-nilai apa yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka. Selain itu, peserta didik belajar untuk mempromosikan salah satu hal yang menarik tentang budaya dan nilai-nilai luhur yang dipelajarinya.

Pembuatan noken dan mahkota kepala peserta didik MTs Nurul Huda Yapis Kabupaten Keerom Provinsi Papua dengan kegiatan penyampaian materi dari 4 (empat) mata pelajaran yang terintegrasi dengan projek, yaitu mata pelajaran Sejarah, Ilmu Pengetahuan Alam, Seni Budaya, dan Bahasa Indonesia. Proses pembuatan noken yang dibimbing oleh guru (pelatih ahli) dan didampingi oleh guru mata pelajaran yang terintegrasi dengan projek. Peserta didik diajarkan cara melilit dan menggabungkan hasil lilitan kulit Genemo, kulit Yonggoli, dan Huisa untuk dijadikan benang pembuat noken serta diajarkan cara merajut noken. Teknik pembuatan noken dari kulit pohon Genemo, pohon Yonggoli, dan pohon Huisa diambil seratnya. Langkah – langkah pembuatannya (1) Mencari kayu terlebih dahulu. (2) Kulit kayu diambil dan dijemur hingga kering. (3) Pewarnaan merah berasal dari tanah yang dibakar dan digosok-gosokkan. Warna kuning dari kulit batang anggrek, dipotong dan dibelah. Warna hitam dari biji tumbuhan yang digosok ke serat kayu. (4) Kulit kayu dipilin satu per satu menjadi benang. (5) Benang-benang tersebut kemudian dirajut menjadi tas.

Selain merajut noken, peserta didik juga mulai membuat mahkota kepala dan dibimbing oleh guru. Teknik pembuatannya diawali dengan (1) Menyiapkan kulit kayu. (2) Membuat pola sesuai dengan bentuk yang akan dibuat. (3) Mengatur bulu burung kasuari sesuai dengan pola yang sudah dibentuk. (4) Menempel kulit kerang dengan menggunakan benang nilon sesuai pola. (5) Menempelkan hiasan lain sebagai penghias sesuai pola. Pembuatan mahkota kepala disesuaikan dengan kreativitas dan keinginan pembuatnya.

Hasil dari projek yang dibuat oleh peserta didik dari masing-masing tema di pamerkan dalam pagelaran ekspo yang gelar karya dilapangan madrasah yang dibuka untuk umum. Pelaksanaan ekspo gelar karya hasil projek mendapat antusias dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Pada saat ekspo gelar karya dihadiri oleh Bupati Kabupaten Keerom yang sekaligus memberikan apresiasi atas seluruh karya peserta didik MTs Nurul Huda Kabupaten Keerom. Berikut ini hasil projek noken dan mahkota kepala yang telah dibuat oleh setiap kelompok kelas VII.

Gambar: Bupati Kabupaten Keerom ikut meriahkan Expo Gelar Karya P5PPRA

Setelah mengumpulkan hasil projek, setiap kelompok membuat laporan. Pembuatan laporan berupa bahan presentasi dibimbing oleh TIM guru yang telah ditunjuk. Setelah melakukan konsultasi dan pengecekan oleh TIM, maka peserta didik mempresentasikan laporan projek yang telah dibuat.

Program P5PPRA dengan tema kearifan lokal dan sub tema pembuatan noken dan mahkota kepala di MTs Nurul Huda Kabupaten Keerom Provinsi Papua berjalan lancar dan sukses. Kesuksesan ini tidak lepas dari kerja sama orang tua, peserta didik, pelatih ahli, dan guru. Melalui projek ini, peserta didik telah memahami cara pembuatan noken dan mahkota kepala sebagai warisan budaya leluhur suku Papua serta mengembangkan kemampuan Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, dan Kreatif selama berlangsungnya projek.

Halaman:
1 2 3