MetroPapua News, Jakarta
Kementerian Luar Negeri Mesir telah mengungkapkan faktor kunci yang diperlukan oleh Hamas dan Israel untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat, 10 Mei 2024, kementerian tersebut menekankan bahwa kedua belah pihak harus bersikap fleksibel untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan dalam konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan di Jalur Gaza.
Dalam pembacaan panggilan telepon antara Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, dan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, terungkap bahwa kedua diplomat tersebut sepakat tentang pentingnya mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk menunjukkan fleksibilitas. Menurut laporan AFP, mereka juga berkomitmen untuk melakukan segala upaya yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan mengakhiri tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Hamas menyatakan pada Jumat pagi bahwa perunding mereka yang terlibat dalam pembicaraan gencatan senjata di Kairo telah berangkat ke Doha, Qatar. Mereka mengklaim bahwa Israel telah menolak proposal yang diajukan oleh para mediator dan mengajukan keberatan atas usulan gencatan senjata.
Hamas mendukung proposal yang diajukan oleh Mesir dan Qatar, menyatakan bahwa “tanggung jawab sekarang sepenuhnya berada di tangan penjajah (Israel).” Laporan dari media Mesir yang terkait dengan pemerintah, Al-Qahera News, pada Kamis, 9 Mei 2024, menyebutkan bahwa negosiator Israel juga telah meninggalkan Kairo.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan pada hari Jumat bahwa perundingan tersebut berada dalam fase yang sulit. Kairo menyampaikan kekhawatiran mereka akan kemungkinan serangan besar-besaran oleh Israel ke kota Rafah di Gaza, yang padat penduduk dan berbatasan dengan Mesir, yang dapat mengancam stabilitas dan keamanan wilayah tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyatakan bahwa dalam percakapan yang sama, Blinken menegaskan kepada Shoukry bahwa Amerika Serikat tidak mendukung operasi militer skala besar di Rafah dan menolak pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza.
Israel, di sisi lain, telah menolak usulan gencatan senjata karena tidak sesuai dengan rencana mereka. Israel bermaksud untuk melanjutkan operasi di Rafah dalam upaya untuk menumpas Hamas. (A/I)


